Cerita Sex Ngentot Janda Muda Yang Kaya Raya>JURUSCASINO
Cerita Sex ini berjudul “Ngentot Janda Muda Yang Kaya Raya”
Cerita Dewasa,Cerita Hot,Cerita Sex Panas,Cerita Sex Bokep,Kisah Seks,Kisah
Mesum,Cerita Sex Tante,Cerita Sex Sedarah,Cerita Sex Janda,Jilbab,Terbaru 2020.
Kami berdua telentang di jok kami masing-masing, dengan
kemaluan kami yang masih terbuka. Kami saling berpandangan dan tersenyum puas.
Tangan kanan Mbak Iin meremas tangan kiriku, saya tidak tahu apa artinya,
apakah ucapan terima kasih, pujian ataukah janji untuk mengulangi lagi apa yang
telah kami lakukan.
Setelah istirahat sejenak, Mbak Iin mengambil tisue dan
membersihkan cairan kental yang belepotan di perutku dan kemaluan saya. Mbak
Iin memmbersihkannya dengan mesra dan terkadang bercanda dengan mencoba meremas
dan membangunkan kembali rudal saya.
“Mbak. Jangan digoda lagi lho, kalau ngamuk lagi gimana..?”
kataku bercanda.
“Coba aja kalau berani, siapa takut..!” jawabnya sambil
menirukan iklan di TV.
Setelah membersihkan kemaluanku, dia juga membersihkan
kemaluannya dengan tisue, dan memakai kembali CD-nya, merapihkan rok, blus dan
BH-nya yang kusut. Sementara saya juga merapihkan kembali celana saya.
Dia menyisir rambutnya, dan merapikan kembali riasan
wajahnya, sambil melirik dan tersenyum ke saya penuh bahagia.
“Mbak.., besok tetap lho ya jam sepuluh pagi.” saya
mengingatkan.
“Pasti donk, mana sih yang nggak pengin sarang burungnya
dimasukin burung.” canda dia.
“Apalagi sarangnya sudah kosong lama ya Mbak..?” godaku.
“Pasti enak kok kalau udah lama.” jawab dia.
Setelah kami semua rapih, Mbak Iin aku antar pulang dengan
tetap berdekapan, dia tertidur di dadaku, tangan kiri saya untuk mendekap dia
dan tangan kanan saya untuk pegang stir.
Sesampainya di rumah MBak Iin, cuaca masih gerimis. Mbak Iin
menawarkan untuk mampir sebentar di rumah.
Mas, masuk dulu yuk..! Aku buatkan kopi hangat kesukaanmu.”
ajak Mbak Iin.
“Oke dech, aku parkir dulu mobilnya ya..?”
Sampai di dalam rumah Mbak Iin, ternyata Tarno tidak ada.
Menurut Bi Inah, pembantu Mbak Iin, katanya Tarno hari ini tidak pulang, karena
diminta atasannya dinas ke luar kota.
“Mas, ternyata Tarno malam ini nggak pulang. Kamu tidur aja
disini, di kamar Tarno.” pinta Mbak Iin sambil senyum penuh arti.
Aku tahu kemana arah pembicaraan Mbak Iin.
“Nggak mau kalau tidur di kamar Tarno, aku takut sendirian.”
godaku.
“Emangnya takut sama siapa..?”
“Ya takut kalau Mbak Iin nanti nggak nyusul ke kamarku.”
“Ssstt..! Jangan keras-keras, nanti ada yang denger.” Mbak
Iin cemberut, takut kalau ada yang dengar.
“Ya udah, aku tidur sendiri di kamar Tarno, kalau nanti
malam saya dimakan semut, jangan heran lho Mbak..!” saya pura-pura merajuk.
“Nggak usah ribut, mandi sana dulu, nanti malam kalau semua
orang udah pada tidur, kamu boleh nyusul aku ke kamar, nggak saya kunci
kamarku.” bisik Mbak Iin pelan.
“Siip dach..!” aku ceria dan langsung pergi mandi.
Habis mandi, badan saya terasa segar kembali. Saya langsung
pergi ke kamar, pura-pura tidur. Tetapi di dalam kamar saya membayangkan apa
yang akan saya lakukan nanti setelah berada di kamar Mbak Iin. Saya akan
bercinta dengan orang yang sudah bertahun-tahun saya idamkan.
Jam di kamar saya menunjukkan pukul 12:30 malam. Kudengarkan
kondisi di luar kamar sudah kelihatan sepi. Tidak terdengar suara apapun. TV di
ruang keluarga juga sudah dimatikan Bi Inah kira-kira jam 11 tadi. Bi Inah
adalah orang yang terakhir nonton TV setelah acara Srimulat yang merupakan
acara kegemaran Bi Inah. Untuk mempelajari suasana, saya keluar pura-pura pergi
ke kamar mandi. setelah benar-benar sepi, saya mengendap-endap masuk ke kamar
Mbak Iin.
Lampu di kamar Mbak Iin remang-remang. Mbak Iin tidur
telentang dengan mengenakan daster tipis yang semakin memperindah lekuk tubuh
Mbak Iin. Tubuh Mbak Iin yang mungil tapi padat berisi, terlihat tampak
sempurna dibalut daster tersebut. Dengan tidak sabar saya dekap tubuh Mbak Iin
yang sedang telentang bagaikan landasan yang sedang menunggu pesawatnya
mendarat.
Mbak Iin saya dekap hanya tersenyum sambil berbisik, “Sudah
nggak sabar ya..?”
“Ya Mbak, perasaan waktu kok berjalan pelaan sekali..”
Saya cium belakang telinganya yang mungil dan ranum,
kemudian ciuman saya bergeser ke pipinya dan akhirnya ke bibirnya yang mungil
dan juga ranum. Kedua tangan Mbak Iin mendekap erat di leher saya. Tangan saya
yang kiri saya letakkan di bawah kepala Mbak Iin untuk merangkulnya. Sedangkan
tangan kanan saya gunakan untuk membelai dan melingkari sekitar susunya. Dan
dengan perlahan dan lembut, telapak tangan saya gunakan untuk meremas-remas
lingkaran luar payudaranya, dan ternyata Mbak Iin sudah tidak memakai BH lagi.
Erangan-erangan lembut Mbak Iin mulai keluar dari bibirnya,
sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak menandakan birahinya mulai timbul.
Remasan-remasan tanganku di seputar susunya mendapatkan reaksi balasan yang
cukup baik, karena kekenyalan susu Mbak Iin kelihatan semakin bertambah. Tangan
kanan saya geserkan ke bawah, sebentar mengusap perutnya, beralih ke pusarnya,
dan akhirnya saya gunakan untuk mengusap kewanitaannya. Ternyata Mbak Iin juga
sudah tidak memakai CD, sehingga kemaluannya yang bulat dan mononjol, serta
kelembutan rambut kemaluannya dapat saya rasakan dari luar dasternya.
Kedua kakinya semakin melebar, memberikan kesempatan
seluas-luasnya tangan saya untuk membelai-belai kewanitaannya. Ciuman saya
beberapa saat mendarat di bibirnya, kemudian saya alihkan turun ke lehernya, ke
belakang telinganya, dan akhirnya turun ke bawah, melewati celah di bukit
kembarnya. Saya ciumi lingkaran luar bukit kembarnya, sebelum akhirnya menyiumi
puting susunya yang sudah mengacung. Ketika lidah saya menyium sampai ke
putingnya, nafas Mbak Iin kelihatan mengangsur, menunjukkan kelegaan.
“Uuuccghh.. Dimas..!”
Tali daster yang menggantung di pundaknya, saya pelorotkan
sehingga menyembullah kedua bukit kembarnya yang kenyal, dengan kedua putingnya
yang sudah mengacung dan tegang. Saya ciumi sekali lagi kedua bukit kembarnya,
dan saya jilati putingnya dengan lidah. Sementara kedua jari dari tangan kanan
saya secara bersamaan membelai-belai kedua selangkangannya, yang terkadang
diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan telapak tangan kanan saya.
Belaian ini memberikan kehangatan di bibir kewanitaannya, selain untuk
meningkatkan rasa penasaran liang senggamanya.
Jari tengah saya gunakan untuk mebelai-belai bibir luar
kemaluannya yang sudah sangat basah. Saya usap klitorisnya dengan lembut dan
pelan dengan menggunakan ujung jari, membuat Mbak Iin semakin menikmati belaian
lembut klitorisnya. Bibir kewanitaannya semakin merekah dan semakin basah.
Lidahku masih menari-nari di kedua putingnya yang semakin
keras, jilatan lidah saya memberikan sensasi yang kuat bagi Mbak Iin. Terbukti
dia semakin erat meremas rambut saya, deru nafasnya semakin memburu dan
lenguhannya semakin kencang.
“Uuuccgghh.. Aadimas.. uugghh.. eennaaggkk..”
Saya jilati kedua putingnya kanan dan kiri bergantian,
sambil meremasi dengan lembut tetapi sedikit menekan kedua susunya dengan kedua
tangan saya.
Setelah saya puas menciumi susunya, ciuman saya geser ke
arah perutnya, saya jilati pusarnya, kembali Mbak Iin sedikit menggelinjang,
mungkin karena kegelian. Ciuman terus saya geser ke bawah, ke arah pahanya,
turun ke bawah betisnya, terus naik lagi ke atas pahanya, kemudian ciuman saya
arahkan ke rambut kemaluannya yang lebat. Mendapat ciuman di rambut
kemaluannya, kembali Mbak Iin menggelinjang-gelinjang. Saya buka bibir
kemaluannya yang merekah, saya ciumi dan jilati seputar bibir kewanitaannya, terus
lidah saya diusapkan ke klitorisnya, dan bergantian saya gigit, terkadang saya
hisap klitorisnya.
Setiap sentuhan lidah saya menjilat pada klitorisnya, tangan
Mbak Iin menjambak rambut saya. Kepalanya menggeleng-geleng, dengan dada yang
dibusungkan, kedua kakinya mendekap erat leher saya, dan kicaunya semakin tidak
karuan, “Uuuccgghh.. AaallvMasi.. uughh.. ggeellii.. uuff.. ggeellii..
seekkaallii..”
Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak, bau khas
liang senggamanya semakin kuat menyengat. Rintihan, lenguhan yang keluar dari
mulut Mbak Iin semakin kacau. Gerakan-gerakan tubuh, kaki dan gelengan-gelengan
kepala Mbak Iin semakin kencang. Dadanya tiba-tiba dibusungkan, kedua kakinya
tegang dan menjepit kepala saya. Saya mengerti kalau saat ini detik-detik
orgasme akan segera melanda Mbak Iin.
Untuk memberikan tambahan sensasi kepada Mbak Iin, maka
kedua putingnya saya usap-usap dengan kedua jari tangan, dengan mulut tetap
menyedot dan menghisap klitorisnya, maka tiba-tiba,
“Aaauughh.. AallvMasi aakk.. kkuu.. kkeelluuarr..
Aaacchh..!”
Saya tetap menghisap klitorisnya. Dan dengan nafas masih
terengah-engah, Mbak Iin bangun dan duduk.
“Ayo Dimas.., gantian kamu tidur aja telentang..!” kata Mbak
Iin sambil menidurkan saya telentang.
Gantian Mbak Iin telungkup di samping saya. Tangannya yang
lembut sudah mulai mengelus-elus batang kemaluan saya yang sudah sangat tegang.
Mulutnya yang mungil mencium bibir, terus turun ke puting. Saya merasa sedikit
kegelian ketika dicium puting saya. Mulutnya terus turun mencium pusar, dan
akhirnya saya rasakan ada rasa hangat, basah dan sedikit sedotan sudah menjalar
di rudal saya. Ternyata Mbak Iin mulai mengocok dan mengulum kejantanan saya.
Mbak Iin mengulumnya dengan penuh nafsu. Matanya terpejam tetapi kepalanya
turun naik untuk mengocok rudal saya.
Kepala kemaluan saya dijilatinya dengan lidah. Tekstur lidah
yang lembut tapi sedikit kasar, membuat seakan ujung jari kaki saya terasa ada
getaran listrik yang menjalar di seluruh kepala. Jilatan lidah di kepala rudal
memang sangat enak. Aliran listrik terus menerus menjalar di sekujur tubuh
saya. Kepala Mbak Iin yang naik turun mengocok kejantanan saya yang saya bantu
pegangi dengan kedua tangan.
Kocokannya semakin lama semakin kuat, dan hisapan mulutnya
seakan meremas-remas seluruh batang keperkasaan saya. Seluruh pori-pori tubuh
saya seakan bergetar dan bergolak. Getaran-getaran yang menjalar dari ujung
kaki dan dari ujung rambut kepala, seakan mengalir dan bersatu menuju satu
titik, yaitu ke arah rudal keperkasaan saya.
Getaran-getaran tersebut makin hebat, akhirnya kemaluan saya
menjadi seolah tanggul yang menahan air gejolak. Lama-lama pertahanan
kemaluanku seakan jebol, dan tiba-tiba saya menjerit.
“Mmmbbakk Yaattii.. aaggkkuu kkelluuaarr..!”
Mendengar saya mengerang mau keluar, mulut Mbak Iin tidak
mau melepaskan batang kejantanan saya, tetapi malah kulumannya dipererat. Mulut
Mbak Iin menyedot-nyedot cairan yang keluar dari rudal saya dengan lahapnya,
seakan tidak boleh ada yang tersisa. Batang kemaluan saya dihisap-hisapnya
seakan menghisap es lilin. Sensasinya sungguh sangat dahsyat. Ternyata Mbak Iin
sangat ahli dalam permainan oral.
Nafas saya sedikit tersengal, badan sedikit lemas, karena
seakan-akan semua cairan yang ada di tubuh, mulai dari ujung kaki sampai dengan
kepala, habis keluar tersedot oleh Mbak Iin.
Mbak Iin tersenyum puas sambil menggoda, “Gimana rasanya..?”
“Waduh.., Mbak luar biasa..” jawabku sambil masih
terengah-engah.
“Nggak kalahkan dengan yang muda..?” kata Mbak Iin dengan
berbangga.
“Yaa jelas yang lebih pengalaman donk yang lebih nikmat.”
Kami istirahat sejenak sambil minum. Tetapi ternyata Mbak
Iin memang luar biasa. Baru istirahat beberapa menit, tangannya sudah mulai
bergerak-gerak di perut, di paha dan di selangkangan saya, membuat rasa geli di
sekujur tubuh. Tangannya kembali meremas-remasbatang kemaluan saya. Karena
masih darah muda, maka hanya sedikit sentuhan, kemaluan saya langsung berdiri
dengan gagahnya mencari sasaran. Melihat batang keperksaan saya dengan cepatnya
berdiri lagi, wajah Mbak Iin kelihatan berseri-seri. Sambil tangannya tetap
mengocoknya, kami saling berciuman.
Bibir Mbak Iin yang mungil memang sangat merangsang semua
laki-laki yang melihatnya. Ciuman yang lembut dengan usapan-usapan tangan saya
ke arah putingnya, membuat birahi Mbak Iin juga cepat naik. Putingnya
seakan-akan menjadi tombol birahi. Begitu puting Mbak Iin disenggol, lenguhan
nafasnya langsung mengencang, kedua kakinya bergerak-gerak, pertanda birahinya
menggebu-gebu. Saya usap liang senggamanya dengan tangan, ternyata liang
kenikmatan Mbak Iin sudah sangat basah.
“Gila bener cewek ini, cepet sekali birahinya..,” pikir saya
dalam hati.
Mbak Iin menarik-narik punggung saya, seakan-akan memberi
kode agar senjata rudal saya segera dimasukkan ke sarangnya yang sudah lama
tidak dikunjungi burung pusaka.
“Ayo dong Mas..! Cepetan, Mbak sudah nggak tahan nich..!”
Alat Mastal saya sudah semakin tegang, dan saya sudah tidak
sabar untuk merasakan kemaluan Mbak Iin yang mungil. Saya sapukan perlahan-lahan
kepala kejantanan saya di bibir kewanitaannya. Kelihatan sekali kalau Mbak Iin
menahan nafas, tandanya agak sedikit tegang, seperti gadis yang baru pertama
kali main senggama. Setelah menyapukan kepala rudal saya beberapa kali di bibir
kenikmatannya dan di klitorisnya. Akhirnya saya masukkan burung saya ke
sarangnya dengan sangat perlahan.
Kedua tangan Mbak Iin meremas pundak saya. Kepalanya sedikit
miring ke kiri, matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka sangat seksi
sekali, tandanya Mbak Iin sangat menikmati proses pemasukan batang kejantanan
saya ke liang senggamanya. Lenguhan lega terdengar ketika kepala kemaluanku
membentur di dasar liang kenikmatannya. Saya diamkan beberapa saat rudal saya
terbenam di liang senggamanya untuk memberikan kesempatan kemaluan Mbak Iin
merasakan rudal kenikmatan dengan baik.
Saya pompakan batang kejantanan saya ke liang senggama Mbak
Iin dengan metode 10:1, yaitu sepuluh kali tusukan hanya setengah dari seluruh
panjang batang kejantanan saya, dan satu kali tusukan penuh seluruh batang
kejantanan saya sampai membentur ujung rahimnya. Metoda ini membuat Mbak Iin
merancau tidak karuan.
Setiap kali tusukan saya penuh sampai ujung, saya
kocok-kocokkan kejantanan saya beberapa lama, akhirnya saya rasakan kaki Mbak
Iin melingkar kuat di pinggang saya. Kedua tangannya mencengkram punggung saya,
dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti
dengan lenguhan panjang, “Aaacchh.. aauugghh.. AallvMasi.. aakku.. kkeelluuaa..
aa.. rr..!”
Batang kemaluan saya terasa sangat basah dan dicengkram
sangat kuat. Merasakan remasan-remasan pada rudal saya yang sangat kuat,
membuat pertahann saya juga seakan makin jebol dan akhirnya, “Ccrroot.. croot..
crrot..!” saya juga keluar.
Setelah permainan itu, saya sering melakukan hubungan seks
berkali-kali, bisa seminggu dua kali saya melakukan hubungan seks dengan Mbak
Iin. Ternyata nafsu seks Mbak Iin cukup besar, kalau satu minggu saya tidak
bermain seks dengan Mbak Iin, pasti Mbak Iin akan main ke rumah, ataupun
setelah bekerja, dia akan menelpon saya di kantor untuk meminta jatah.
Saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Iin bisa dimana
saja, asal tempatnya memungkinkan. Baik di rumah saya, di rumah dia, di hotel,
di mobil, di garasi, di kamar mandi sambil berendam di bath-tub, di dapur
sambil berdiri, bahkan aku pernah bermain seks di atas kap mesin mobil saya.
Ternyata berhubungan seks itu kalau dengan perasaan agak
takut dan terkadang tergesa-gesa, memberikan pengalaman tersendiri yang cukup
mengasyikkan.
Comments
Post a Comment